Geriamae.com - Ada sejarah menarik dibalik baju koko, arti baju koko tidak akan lepas dari cerita sejarah di zaman Tionghoa pada abad ke-19. Saat itu, masyarakat Tionghoa menyebutnya baju Tui-Khim.
Seperti dilansir Multiply, Ini adalah jenis baju yang berlengan panjang dengan potongan yang loose, tanpa kerah dan biasa dipadukan dengan celana komprang semata kaki. Potongan yang nyaman dan sopan, membuat baju ini semakin populer di kalangan orang banyak.
"Nama baju koko diadaptasi dari kata Engkoh-Engkoh, di mana pada saat itu tradisi Tionghoa sangat kental sekali dan memegang kebudayaan".
Seorang ahli sejarah dari Universitas Gajah Mada, Arif Akhyat mengatakan bahwa, baju Tui Khim ini merupakan pencerminan dari perjuangan kaum muslim Tionghoa dalam membentuk identitasnya saat itu, yakni tahun 1875.
Pada tahun tersebut, negeri ini sedang dikuasai oleh Belanda yang tidak menginginkan adanya kedekatan antara etnis Tionghoa dan muslim pribumi. Di sinilah, fungsi baju Tui-Khim yang lebih dari sekedar penutup aurat, yakni sebagai pelambang identitas.
Lambat laun, tradisi baju Tui Khim mulai ditinggalkan karena adanya persamaan hak dengan warga Eropa, sekitar tahun 1900. Perlahan tapi pasti, kondisi masyarakat asli Betawi kemudian mengadaptasi baju Tui-Khim yang kemudian disebut dengan baju Tikim, yang dikenakan dikeseharian.
Masih ingat dengan sinetron Si Doel Anak Sekolahan? Apabila masih teringat baju yang sering dipakai oleh Babe (ayah Si Doel), itulah yang disebut dengan baju Tikim.
Semenjak akhir tahun 1990-an, berbekal dengan pintu reformasi, mulai tercertuslah akomodasi kultural (akulturasi) dimana diterimanya ekspresi budaya Islam di wilayah publik, seperti: pemakaian jilbab dan baju koko di ranah publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar